Mengenal 10 Pahlawan Revolusi Indonesia Korban G30S/PKI
Table of Contents
Selepas dari penjajahan bangsa-bangsa asing, masyarakat Indonesia tidak serta merta terbebas begitu saja menikmati udara kemerdekaan. Sisa atau warisan budaya-budaya kolonialisme ternyata masih kental dibenak pikiran masyarakat Indonesia. Apalagi kondisi dunia pada saat itu tengah mengalami masa-masa peralihan akibat adanya pengaruh dari paham-paham hasil ciptaan manusia.
Pasca kemerdekaan, Indonesia kembali dirongrong dengan sebuah pemahaman atau ideologi bernama Komunisme yang mana komunisme ini sangat bertentangan dengan Pancasila sebagai salah satu pilar bangsa Indonesia dan dijadikan sebagai dasar negara Indonesia dan merupakan hasil rumusan pemikiran bersama yang berasal dari berbagai unsur masyarakat Indonesia.
Paham komunis di Indonesia berasal dari seorang politikus yang berasal dari partai Sosialis Revolusioner yaitu: Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau lebih dikenal sebagai Henk Sneevliet atau dengan nom de guerre Maring adalah seorang Komunis Belanda, yang aktif di Belanda dan di Hindia Belanda.
Henk Sneevliet kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia dan Revolutionary Socialist League. Paham komunisme dekat dengan paham sosialisme, sebut saja tokoh terkenal paham sosialisme dunia, yaitu: Robert Owen dari Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier dari Perancis dan Karl Marx dan Friedrich Engels dari Jerman.
Henk Sneevliet kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia dan Revolutionary Socialist League. Paham komunisme dekat dengan paham sosialisme, sebut saja tokoh terkenal paham sosialisme dunia, yaitu: Robert Owen dari Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier dari Perancis dan Karl Marx dan Friedrich Engels dari Jerman.
Paham-paham yang mereka buat ternyata memasuki Indonesia dan merasuki pikiran masyarakat Indonesia mulai dari tingkat bangsawan hingga rakyat jelata.
Kuatnya pengaruh paham sosialisme ini, menyebabkan terjadinya gejolak dalam tubuh pemerintahan Indonesia saat itu, bahkan sampai terjadinya peristiwa yang sangat memilukan bagi bangsa Indonesia yakni tewasnya tujuh Jenderal di tubuh Tentara Nasional Indonesia akibat kebiadaban gerakan 30 September atau dikenal dengan G30S/PKI 1965.
Dengan adanya peristiwa tersebut, maka pada saat itu Jenderal Besar TNI HM. Soeharto (Presiden RI ke-2) yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Pangkostrad, ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk melakukan pemulihan keamanan didalam negeri dan berhasil menumpasnya.
Para Jenderal TNI yang menjadi korban gerakan keganasan G30S/PKI tersebut, kemudian disebut dengan 'Pahlawan Revolusi".
Berikut daftar 10 pahlawan Revolusi Indonesia
1. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani
2. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Raden Suprapto
3. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Mas Tito Darmo Haryono
4. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Siswondo Parman
5. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan
6. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
7. Kapten Cji (Anumerta) Pierre Andreas Tendean
8. Ajun Inspektur Polisi Dua (Anumerta) Karel Sadsuitubun
9. Brigadir jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo
10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto
Dari sepuluh daftar pahlawan revolusi diatas tersebut, yang paling dikenal adalah tujuh orang saja. Akan tetapi sebenarnya diluar jumlah tersebut, terdapat ratusan bahkan ribuan orang lainnya yang juga turut menjadi korban akibat keganasan gerakan G30S ini terlebih lagi yang berasal dari kalangan ulama dan para santri Indonesia.
Untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan revolusi ini, maka pemerintah Indonesia kemudian mengabadikan nama mereka melalui nama-nama jalan di Jakarta dan sekitarnya. Dibawah ini daftar jalan yang namanya berasal dari para pahlawan revolusi, yaitu:
2. Nama "Ahmad Yani" diabadikan sebagai nama jalan dengan nama Jalan Jenderal Ahmad Yani di Jakarta dan Jalan Jenderal Ahmad Yani di Medan.
3. Nama "R. Suprapto" diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Jakarta dengan nama Jalan Letnan Jenderal Suprapto.
4. Nama "M.T. Haryono" diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Jakarta dengan nama Jalan Letnan Jenderal MT Haryono.
5. Nama "D.I. Pandjaitan" diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Jakarta dengan nama Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan.
6. Nama "Pierre Tandean" diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Jakarta dengan nama Jalan Tandean.
7. Nama "Pierre Tandean" diabadikan sebagai salah satu nama halte bus di Jakarta dengan nama Halte Tandean.
Demikian semoga menjadi pelajaran berharga bagi generasi bangsa. Gambar sumber: Kompas.tv