Sejarah Bangsa Bizantium: Pewaris Romawi di Timur Hingga Warisan Dunia Modern

Table of Contents
Bangsa Bizantium yang kita kenal sebagai penerus Kekaisaran Romawi di Timur adalah salah satu peradaban paling penting dan tahan lama dalam sejarah dunia. Bertahan lebih dari seribu tahun setelah runtuhnya Romawi Barat, Kekaisaran Bizantium memainkan peran besar dalam pelestarian ilmu pengetahuan, budaya klasik, dan penyebaran agama Kristen Ortodoks.
 

Warisan Bizantium tidak berhenti ketika Konstantinopel jatuh pada 1453. Jejaknya masih hidup dalam dunia Kristen Timur, seni, hukum, dan bahkan geopolitik masa kini. Artikel ini mengulas sejarah panjang bangsa Bizantium dari akar Romawinya hingga pengaruhnya di dunia modern.
 
1. Awal Mula: Dari Roma ke Bizantium
 
Kekaisaran Romawi Terbelah (285–395 M)

Asal-usul Bizantium tidak dapat dipisahkan dari Kekaisaran Romawi. Pada abad ke-3 M, Romawi menghadapi krisis internal dan ancaman eksternal. Untuk mengelola wilayahnya yang luas, Kaisar Diokletianus membagi kekaisaran menjadi dua bagian: Romawi Barat dan Romawi Timur (285 M).

Pada tahun 330 M, Kaisar Konstantinus I meresmikan kota Konstantinopel (sebelumnya Bizantium) sebagai ibu kota baru Kekaisaran Romawi. Lokasinya strategis, terletak di perbatasan Eropa dan Asia, dan menjadi pusat perdagangan, militer, serta agama.

Setelah kematian Kaisar Theodosius I pada 395 M, Kekaisaran Romawi resmi terbagi secara permanen. Romawi Barat runtuh pada 476 M, namun Romawi Timur tetap bertahan dan inilah yang kemudian kita sebut sebagai Kekaisaran Bizantium.
 
2. Kekaisaran Bizantium Awal (395–641 M)
 
Zaman Keemasan Awal

Bizantium mengembangkan identitas tersendiri meskipun menyebut dirinya sebagai "Roma". Bahasa Latin mulai tergantikan oleh bahasa Yunani, dan budaya Hellenistik menjadi dominan. Kristen menjadi fondasi utama negara.

Tokoh penting:

Justinianus I (527–565 M): Kaisar terbesar Bizantium. Ia berupaya memulihkan wilayah Kekaisaran Romawi Barat, membangun Hagia Sophia, dan menyusun Korpus Hukum Sipil Romawi (Corpus Juris Civilis) fondasi hukum modern Eropa.

Namun, usahanya merebut kembali Barat tidak bertahan lama. Setelah Justinianus, Bizantium menghadapi ancaman dari bangsa Slavia, Avar, Persia Sasanid, dan munculnya Islam.
 
3. Krisis dan Reformasi (641–1025 M)
 
Abad Ketujuh yang Mengerikan

Abad ke-7 menjadi titik balik. Bizantium kehilangan sebagian besar wilayahnya:
  • Syria, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara jatuh ke tangan pasukan Muslim Arab.
  • Kota-kota besar seperti Antiokhia dan Alexandria direbut.
Namun, Bizantium mampu bertahan karena:
  • Pertahanan kuat Konstantinopel (termasuk penggunaan senjata rahasia Api Yunani).
  • Reformasi militer dan administratif oleh kaisar-kaisar seperti Heraklius dan Konstantinus IV.
Masa Pemulihan dan Stabilitas

Pada abad ke-9 hingga ke-11, Bizantium mengalami masa stabilitas dan kebangkitan:
  • Dinasti Makedonia (867–1056) membawa kemajuan ekonomi, budaya, dan militer.
  • Pengaruhnya menjangkau Eropa Timur, termasuk pembaptisan Bangsa Rus’ (cikal bakal Rusia) ke dalam Kristen Ortodoks oleh Kaisar Basil II.
4. Masa Kemunduran dan Perang Salib (1025–1204)

Setelah kematian Basil II, Bizantium mulai melemah karena:
  • Perebutan kekuasaan internal
  • Korupsi dan inefisiensi birokrasi
  • Tekanan dari Turki Seljuk di timur dan Normandia di barat
Pertempuran Manzikert (1071)

Kekalahan besar dari Turki Seljuk menyebabkan hilangnya Anatolia jantung ekonomi dan militer Bizantium.
 
Perang Salib dan Pengkhianatan

Bizantium meminta bantuan dari Eropa Barat, yang akhirnya memicu Perang Salib. Namun, Perang Salib IV (1204) malah menyerang dan menjarah Konstantinopel. Kekaisaran Bizantium runtuh sementara dan digantikan oleh Kekaisaran Latin Konstantinopel.

5. Bizantium Akhir dan Runtuhnya Konstantinopel (1261–1453)
 
Restorasi Paleologus

Pada 1261, Bizantium berhasil merebut kembali Konstantinopel di bawah Dinasti Paleologus, namun dalam kondisi yang jauh lebih lemah:
  • Wilayah semakin kecil
  • Ekonomi hancur
  • Ketergantungan pada bantuan asing
Konstantinopel dikepung berkali-kali oleh Turki Utsmani. Akhirnya, pada 29 Mei 1453, Sultan Mehmed II menaklukkan kota tersebut dan mengakhiri secara resmi Kekaisaran Bizantium.
 
6. Warisan Bizantium di Dunia Islam dan Kristen
 
Konversi Konstantinopel

Setelah 1453, Konstantinopel menjadi Istanbul dan ibu kota Kesultanan Utsmani. Gereja Hagia Sophia diubah menjadi masjid. Namun, warisan Bizantium tidak musnah. Justru sebaliknya, pengaruhnya menyebar melalui:
  • Gereja Ortodoks Timur, terutama di Rusia, Yunani, Serbia, dan Bulgaria.
  • Hukum dan filsafat, khususnya melalui Corpus Juris Civilis.
  • Seni mozaik, ikonografi, dan arsitektur ke Eropa dan Timur Tengah.
“Bizantium Ketiga”: Rusia

Setelah kejatuhan Konstantinopel, Rusia mengklaim dirinya sebagai “Roma Ketiga”, penerus sah dunia Kristen Ortodoks. Gelar “Tsar” berasal dari “Caesar”.
 
7. Bizantium dalam Dunia Modern

Meskipun Kekaisaran Bizantium telah lama hilang, pengaruhnya masih terasa:
  • Hukum: Hukum Romawi-Bizantium menjadi dasar sistem hukum di Eropa Kontinental.
  • Agama: Gereja Ortodoks Timur tetap berperan penting di Balkan, Rusia, dan Timur Tengah.
  • Politik: Konsep diplomasi Bizantium dan sistem birokrasi negara memengaruhi banyak kerajaan Eropa.
  • Budaya Populer: Dalam fiksi dan historiografi, “Bizantium” kerap dipakai untuk merujuk pada politik yang kompleks, penuh intrik, dan penuh strategi.
Penutup: Bizantium, Peradaban yang Tak Pernah Mati

Bangsa Bizantium bukan sekadar kelanjutan dari Romawi, tetapi peradaban unik dengan identitas tersendiri. Dalam lebih dari seribu tahun keberadaannya, Bizantium menjadi jembatan antara dunia kuno dan dunia modern, antara Eropa dan Asia, antara paganisme dan Kristen.

Meskipun kekaisarannya telah lama lenyap, warisan Bizantium tetap hidup dalam hukum, agama, budaya, dan bahkan dalam pemikiran geopolitik modern. Dunia hari ini tidak akan sama tanpa pengaruh Bizantium.
Bang Mimin
Bang Mimin Editor and Content Writer