Sejarah Bangsa Persia: Dari Kekaisaran Kuno hingga Republik Modern

Table of Contents
Bangsa Persia merupakan salah satu bangsa yang dikenal hingga saat ini, meskipun namanya berganti menjadi Iran sekarang. Dalam buku-buku sejarah banyak di ulas tentang sejarah bangsa persia karena pada masanya pernah membangun dan menjadi salah satu pusat kebudayaan dan peradaban umat manusia kala itu.


Bangsa Persia memiliki salah satu sejarah paling panjang dan kaya di dunia. Warisan budaya, ilmiah, dan politiknya telah memengaruhi banyak peradaban di Asia, Eropa, dan Afrika. Sejarah Persia bukan hanya kisah kekaisaran besar dan penaklukan, tetapi juga tentang kebangkitan budaya, perlawanan terhadap penjajahan, dan pencarian jati diri dalam dunia modern. Artikel ini akan mengulas perjalanan panjang bangsa Persia dari zaman kuno hingga era kontemporer.
 
1. Asal-Usul dan Awal Munculnya Bangsa Persia

Bangsa Persia berasal dari kelompok suku Indo-Iran yang bermigrasi ke Dataran Tinggi Iran sekitar milenium kedua SM. Mereka menetap di wilayah yang kini dikenal sebagai Iran selatan dan membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Di antara mereka, dua suku yang paling berpengaruh adalah Madai (Media) dan Parsa (Persia).

Pada abad ke-9 SM, bangsa Media mulai muncul sebagai kekuatan regional yang penting. Mereka kemudian mendirikan Kekaisaran Media, kerajaan Iran pertama yang memiliki kekuasaan luas, sekitar abad ke-7 SM. Namun, kejayaan bangsa Persia baru benar-benar dimulai saat suku Parsa di bawah pimpinan Cyrus II (Cyrus Agung) bangkit pada abad ke-6 SM.
 
2. Kekaisaran Achaemenid (550–330 SM): Puncak Kejayaan Awal Persia

Cyrus Agung mendirikan Kekaisaran Achaemenid, kekaisaran terbesar di dunia pada masanya, yang membentang dari Asia Tengah hingga Laut Tengah. Ia terkenal karena kebijakan toleransi terhadap budaya dan agama wilayah taklukannya. Tokoh-tokoh besar dari dinasti ini antara lain:
  • Cyrus II (Cyrus the Great): Pendiri kekaisaran dan pembebas bangsa Yahudi dari Babilonia.
  • Darius I (Darius the Great): Mengorganisasi pemerintahan kekaisaran, membangun sistem administrasi yang efisien, serta memulai pembangunan Jalan Kerajaan Persia dan kanal dari Sungai Nil ke Laut Merah.
  • Xerxes I: Terkenal karena Perang Yunani-Persia, seperti Pertempuran Thermopylae dan Salamis.
Kekaisaran ini mengembangkan budaya, arsitektur (seperti di Persepolis), dan sistem hukum yang menjadi panutan banyak bangsa. Namun, pada 330 SM, kekaisaran ini ditaklukkan oleh Alexander Agung dari Makedonia.
 
3. Era Hellenistik dan Parthia (247 SM – 224 M)

Setelah kematian Alexander, wilayah Persia berada di bawah kekuasaan Seleukia, salah satu dinasti Yunani penerus. Namun, pada abad ke-3 SM, bangsa Parthia, suku Iran dari timur laut, memberontak dan mendirikan Kekaisaran Parthia. Parthia dikenal karena:
  • Pemerintahan desentralisasi
  • Perang panjang dengan Romawi
  • Kekuatan kavaleri berat yang disebut "kavaleri kucing" dan strategi memanah sambil mundur (Parthian shot)
  • Parthia akhirnya melemah oleh konflik internal dan tekanan dari bangsa Sasanid.
4. Kekaisaran Sasanid (224–651 M): Zaman Keemasan dan Runtuhnya Persia Kuno

Kekaisaran Sasanid menggantikan Parthia dan memulihkan kebesaran Persia. Dinasti ini membangun sistem pemerintahan yang lebih terpusat dan menjadikan Zoroastrianisme sebagai agama negara. Adapun pencapaian kekaisaran Sasanid antara lain:
  • Kemajuan ilmu pengetahuan dan seni
  • Sistem rumah sakit dan universitas, seperti di Gundishapur
  • Perang berkepanjangan dengan Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium)
Namun, kekaisaran ini runtuh setelah invasi Muslim Arab pada abad ke-7. Perang Qadisiyyah (636 M) dan Nahavand (642 M) menjadi penentu kehancuran Sasanid.

5. Persia di Bawah Kekuasaan Islam (651–1501)

Setelah jatuhnya Sasanid, Persia menjadi bagian dari Kekhalifahan Islam:

a. Di bawah Umayyah dan Abbasiyah, Persia berperan penting dalam pengembangan peradaban Islam. Banyak ilmuwan, filsuf, dan penyair Persia seperti Avicenna (Ibn Sina), Al-Farabi, dan Al-Khwarizmi muncul pada masa ini.

b. Islam menyebar luas, tetapi bahasa dan budaya Persia tetap bertahan dan bahkan berpengaruh dalam dunia Islam.

Setelah runtuhnya Abbasiyah, beberapa kerajaan lokal muncul di Persia, termasuk Buyid, Samanid, dan Seljuk, yang semuanya membantu menjaga dan mengembangkan budaya Persia.
 
6. Dinasti Safawi (1501–1736): Iran Menjadi Syiah

Dinasti Safawi mendirikan negara Persia modern dan menjadikan Syiah Imamiyah (Syiah Dua Belas Imam) sebagai agama resmi. Hal ini memisahkan identitas Iran dari dunia Islam Sunni. Di masa ini:
  • Ibu kota dipindah ke Isfahan yang berkembang sebagai pusat seni dan arsitektur.
  • Ekonomi dan budaya mengalami kebangkitan.
Namun, konflik dengan Utsmaniyah dan Rusia serta lemahnya penerus membuat dinasti ini runtuh.

7. Dinasti Qajar dan Pengaruh Asing (1789–1925)

Dinasti Qajar memerintah Iran di era kolonial. Mereka menghadapi banyak tekanan dari Inggris dan Rusia, yang mulai mencaplok wilayah Persia dan mengontrol sumber daya.

Munculnya gerakan konstitusional (Revolusi Konstitusi 1906) menghasilkan Majelis Nasional (Majles) dan konstitusi pertama Iran, namun tetap tidak efektif melawan kekuatan asing dan korupsi dalam negeri.
 
8. Dinasti Pahlavi dan Modernisasi Iran (1925–1979)

Reza Shah Pahlavi menggulingkan Qajar dan memulai program modernisasi besar-besaran:
  • Mengganti nama negara dari Persia menjadi Iran (1935)
  • Membangun infrastruktur dan sistem pendidikan modern
  • Membatasi kekuasaan ulama
Namun, kebijakan otoriternya memicu kritik. Putranya, Mohammad Reza Pahlavi, menghadapi krisis politik, terutama karena:
  • Kudeta 1953 (dukungan CIA menggulingkan PM Mossadegh)
  • Ketidakpuasan rakyat terhadap otoritarianisme dan ketimpangan ekonomi
  • Ketergantungan pada Barat
Semua ini memicu Revolusi Iran 1979.
 
9. Republik Islam Iran (1979–sekarang)

Dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, Revolusi Iran menggulingkan Shah dan mendirikan Republik Islam dengan sistem Wilayat al-Faqih, di mana pemimpin tertinggi adalah ulama. Ciri khas Iran pasca-revolusi:
  • Anti-Barat, terutama AS dan Israel
  • Perang Iran-Irak (1980–1988) yang menewaskan ratusan ribu orang
  • Penekanan syariah dalam hukum dan masyarakat
  • Dukungan terhadap kelompok-kelompok Syiah di Timur Tengah (Hizbullah, Houthi, dll.)
Setelah Khomeini wafat (1989), digantikan oleh Ayatollah Ali Khamenei. Iran saat ini berada dalam tekanan internasional akibat program nuklirnya dan sanksi ekonomi berat, namun tetap memainkan peran strategis di Timur Tengah.
 
10. Iran di Abad ke-21: Di Persimpangan Jalan

Iran kini adalah negara yang kompleks:
  • Politik dalam negeri diwarnai tarik-ulur antara faksi moderat dan konservatif.
  • Gerakan rakyat, terutama protes perempuan dan anak muda (seperti protes Mahsa Amini pada 2022), menunjukkan ketidakpuasan terhadap represi sosial dan ekonomi.
  • Di kancah internasional, Iran tetap berpengaruh, namun hubungannya dengan negara-negara Barat tetap tegang.
Di tengah tekanan global, sanksi, dan dinamika geopolitik, bangsa Persia kini dikenal sebagai Iran tetap bertahan dengan identitas uniknya yang berakar dari peradaban kuno namun terus bergulat dengan tantangan modern.
 
Penutup

Dari kejayaan Achaemenid hingga Republik Islam modern, bangsa Persia telah mengalami transformasi luar biasa. Mereka bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku utama dalam sejarah dunia. Identitas Persia tetap hidup melalui bahasa, budaya, dan warisan intelektualnya, menjadikan Iran sebagai salah satu negara dengan sejarah paling mendalam dan kompleks di dunia.
Bang Mimin
Bang Mimin Editor and Content Writer