Sejarah Berdirinya Kesultanan Ottoman Turki Utsmani
Table of Contents
Kekhalifahan Utsmaniyah merupakan pemerintah terakhir umat Islam yang pernah bertahan, namun pada akhirnya mengalami kemunduran hingga kejatuhannya pada tanggal 3 Maret 1924 oleh Mustafa Kemal Attaturk dan berbagai hal lain yang telah menggerogotinya.
Sulaiman Syah selalu memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan Azerbaizan tepatnya di perbatasan Asia kecil, di daerah inilah mereka menetap dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Sulaiman Syah berusaha memasuki daerah Syam, namun saat menyebrangi sungai Eufrat datanglah banjir besar hingga akhirnya ia meninggal. Sulaiman Syah memiliki empat orang anak diantaranya: Sankurtakin, Togdai, Ertoghrul dan Dandan.
Sepeninggal Sulaiman Syah anggotanya terbagi dalam dua kelompok yaitu, yang ingin kembali ke daerah asal kemudian diikuti oleh dua putra Sulaiman Syah yaitu Sankurtakin dan Togdai, dan yang ingin melanjutkan ke wilayah Asia kecil mengangkat Ertoghrul putra ketiga dari Sulaiman Syah sebagai pemimpin baru mereka hingga akhirnya mereka menetap di daerah yang bernama Anatolia.
Sewaktu terjadi pertempuran antara pasukan Sultan Alaudin I dari Bani Saljuk Rum dengan kekaisaran Bizantium, maka Ertoghrul dan para pengikutnya membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan. Atas bantuannya ini Sultan Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah kepada Ertoghrul dan kelompoknya daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di sepanjang sungai Sakaria.
Lalu Ertoghrul dan pasukannya mendapat tugas dari Alaudin I untuk menaklukkan dan menguasai daerah pesisir laut hitam, ke Brussa hingga Eskisher. Pasukan Ertoghrul oleh Sultan Alaudin I diberi gelar "Muqaddamah Sultan" yang artinya tentara pelopor Sultan, sedangkan Ertoghrul sendiri mendapat gelar "Sultan Oki" yang berarti "Kening Sultan".
Pada tahun 1288 Masehi Ertoghrul meninggal dunia. Kemudian Sultan Alaudin I mengangkat puteranya yang bernama Utsman sebagai penggantinya. Karena kesetiaannya, Sultan Alaudin I memberinya gelar 'Bey' pada Utsman dan diberikan daerah yang lebih luas serta dapat memakai mata uang sendiri, bahkan namanya juga disebutkan dalam setiap mimbar Jum'at.
Pada tahun 1299 Masehi Ghazan Khan dari Mongol menyerang Seljuk Rum, tetapi serangan itu bisa digagalkan oleh Utsman. Tidak berapa lama dari peristiwa itu Sultan Alaudin I meninggal dunia, sementara Sultan Alaudin I tidak memiliki putra yang pantas untuk menggantikan posisinya.
Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Utsman untuk menyatakan diri sebagai "Padishah Al Utsmaniyah" yang artinya Raja keluarga Sultan yang juga mendapat dukungan penuh dari rakyat. Maka dengan demikian berdirilah kerajaan Utsmani dan ibukota negaranya yang pertama di daerah Murah Hisyar/Iskisyiyar.
1. Sultan Utsman (Usman I)
Merupakan pendiri kerajaan Turki Utsmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman membangun tentara yang bejuang atas nama Allah SWT sering disebut dengan al-Ghazi yang terdiri dari akhl atau ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi.
Pada masa kekuasaannya berhasil membebaskan daerah Bursa kota di tepi laut Marmara. Masa kekuasaannya mulai tahun 1299-1326 Masehi atau 699-726 Hijriyah.
2. Sultan Orkhan
Setelah menggantikan ayahandanya, Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar (Iskisyiyar) ke Bursa. Pada masa kekuasaan Orkhan bergabunglah wilayah Turkeman, kemudian perluasan wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia (1337), Scutari (1338), ia juga bisa mengontrol wilayah teluk Edremit.
Orkhan juga berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri) yang ia berikan jabatan itu pada adiknya Alauddin. Tentara di era Orkhan dibentuk dengan sistem yang sangat rapi dan teratur. Ia bentuk juga tentara khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari. Masa kekuasaannya mulai tahun 1326-1360 Masehi atau 726 - 761 Hijriyah.
3. Sultan Murad I (1360-1388 M/761-791 H)
Murad I adalah putera kedua dari Orkhan ia mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu. Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan tekun menjalankan agama.
Dia mencintai peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya. Di sekelilingnya terdapat sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah.
Dia juga berhasil meluaskan wilayahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan Adrianopel (yang kemudian berubah nama menjadi Edirne), dan dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru, sertamembentuk pasukan berkuda (Kavaleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa.
Murad I menghadapi serangan Eropa. Pertama serangan dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Kedua serangan dari kerajaan Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan yang dibantu oleh kerajaan kerajaan Eropa lainnya. Peperangan ini dimenangkan pasukan Murad I lagi. Setelah kemenangan di Kosovo, Sultan Murad I melakukan inspeksi di medan perang. Dia berkeliling di antara deretan korban kaum muslimin yang wafat dan berdoa untuk kebaikan mereka.
Pada saat itulah seorang tentara Serbia yang berpura-pura mati segera berlari ke arah Sultan Murad I. Para pengawal berhasil menangkapnya, akan tetapi tentara ini berpura berbicara kepada Sultan. Mendengar demikian, Sultan memberikan isyarat kepada para pengawalnya untuk melepaskannya.
Tentara serbia itu lalu mencium tangan sultan dan dengan cepat ia mengeluarkan pisau beracun dan menikam sultan. Akhirnya Sultan Murad I meninggal dengan syahid pada 15 Syaban 791 H.
4. Sultan Bayazid (1388-1403 M/791-817 H)
Menggantikan kedudukan ayahnya Murad I, dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Kristen Anatolia.
Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu dia diberi gelar “Yaldrum”/ kilat. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus.
Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib.
Atas keberhasilannya itu Bayazid berkeinginan mengambil alih Konstatinopel dan menjadikan target utama dalam perluasan wilayah berikutnya, oleh karena itu dia bergerak bersama pasukannya dengan sangat rapi untuk melakukan pengepungan atas Konstatinopel.
Hal ini terus berlangsung hingga kota ini hampir saja bisa dikuasai, tiba-tiba Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Utsmaniyah. Bahaya baru itu adalah adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.
Pada peperangan melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 Masehi.
Kekalahan Bayazid dalam peperangan menghadapi Timur Lenk disebabkan karena tergesa-gesa dalam mengatur strategi perang, dan kurang persiapan untuk memilih pasukannya dengan baik.