Sejarah Hari Pendidikan Nasional Indonesia 2 Mei 1889
Table of Contents
Setiap negara mempunyai sejarah bangsanya masing-masing, tak terkecuali bangsa Indonesia juga memiliki banyak sekali cerita sejarahnya. Kisah panjang mengenai bangsa Indonesia tertulis dalam tinta-tinta para sejarawan yang peduli terhadap tanah tumpah darahnya agar kelak anak cucu masyarakat Indonesia mengetahui siapa nenek moyang dan pendiri bangsanya.
Bangsa yang maju adalah sebuah bangsa yang sangat memperhatikan pendidikan rakyatnya, mengapa pendidikan begitu penting? sebab dengan jalan pendidikan, ilmu-ilmu pengetahuan baru akan dihadirkan dan diciptakan.
Untuk menghargai dan menghormati jasa-jasa para pahlawan tanpa tanda jasa ini, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Dikutip dari Wikipedia, bahwa Hari Pendidikan Nasional merupakan hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, yang diperingati pada setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya.
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara yakni 2 Mei, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.
Pemerintahan kolonial Belanda hanya memperbolehkan anak-anak dari kelahiran Belanda atau dari orang-orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari Pendidikan Nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberi dorongan.
Filosofi hasil pemikirannya ini digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia sampai sekarang. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, maka pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Seperti yang sudah diketahui oleh semua, bahwa peranan dunia pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah kebudayaan dan peradaban bangsa. Dalam perjalanan sejarahnya dari masa lalu hingga masa sekarang ini, telah membuktikan bahwa kemajuan suatu negeri itu tergantung kemajuan ilmu pengetahuan bangsa tersebut, dan dalam hal ini yang sangat menentukannya adalah ikut andilnya pihak pemerintah yang mempunyai arah dalam menentukan kebijakan-kebijakan.
Lalu bagaimana sikap pemerintah Indonesia melihat keadaan pendidikan bangsanya sekarang ini? Untuk mengetahui jawabannya tentunya sangat beragam. Kita bisa melihat dari mulai kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah yang ada dipelosok-pelosok negeri ini.
Untuk sekolah-sekolah yang ada di tengah-tengah perkotaan tentunya untuk masalah sarana dan prasarana sudah memadai, bahkan ada beberapa sekolah yang berkategori menjadi sekolah favorit. Nah, lalu bagaimana dengan kondisi sekolah-sekolah yang ada di pelosok daerah lagi terpencil, tentunya akan sangat jauh berbeda keadaannya.
Melihat kondisi seperti ini, maka arah kebijakan pendidikan di Indonesia sekarang ini belum bisa disamaratakan atau istilah dapat dipukul rata, tidak bisa! tidak bisa demikian!
Adanya kondisi seperti ini, maka di setiap ada kebijakan pergantian kurikulum baru yang digulirkan pemerintah, selalu menimbulkan persoalan-persoalan baru yang akan dihadapi sekolah. Misalnya proses pendidikan itu 90% adanya ditangan siswa sisanya ada dipihak guru. Betul, jika sarana buku dan alat lain yang dibutuhkan sebagai media pembelajaran telah tersedia.
Bagaimana dengan sekolah yang belum memiliki sarana itu? Tentunya praktik pembelajaran seperti ini tidak akan dapat berjalan dengan baik, karena buku sebagai media pembelajaran hanya dimiliki satu-satunya oleh guru. Melihat fakta seperti ini, maka sekolah-sekolah yang ada di daerah pelosok menerima kebijakan kurikulum baru itu, hanya sebatas untuk melengkapi kebutuhan administrasi saja.
Semoga kedepannya hal ini tidak terjadi, dan masyarakat Indonesia semuanya berhak menerima dan mengenyam pendidikan yang sama tidak ada jurang pemisah antara proses pendidikan di perkotaan dan di pedesaan.
Demikian sejarah Hari Pendidikan Nasional Indonesia 2 Mei 1889. Semoga dengan adanya peringatan ini akan mengingatkan kembali tentang pentingnya peranan pendidikan untuk generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang.