Deklarasi Balfour dan Dampaknya Bagi Rakyat Palestina

Table of Contents
Bumi Syam merupakan wilayah yang diberkati, sebab dari sanalah terdapat banyak sekali utusan yang dilahirkan sebagai Nabi dan Rasul pembawa risalah kenabian, pembawa kabar gembira dan peringatan dari Tuhan sehingga Syam dijuluki sebagai negerinya para Nabi. Bumi Syam terletak dibagian barat negara Saudi Arabia. 


Adapun negara yang berada di dalam kawasan Bumi Syam, di antaranya: Suriah, Palestina, Lebanon dan Yordania. Dari keempat wilayah Syam tersebut, terdapat satu wilayah yang sepanjang masanya terus bergejolak yakni Palestina. Bumi Palestina adalah saksi bisu terhadap tumbuh kembang dan hancurnya sebuah peradaban umat manusia yang pernah berada di atasnya.

Bumi Palestina ibarat sebuah magnet yang dapat menyedot benda-benda di sekelilingnya, tak terkecuali umat manusia. Dari seantero penduduk penghuni Bumi berharap dan menginginkan untuk dapat menginjakan kakinya di atas Bumi Palestina dengan berbagai tujuan.

Palestina di Masa Pemerintahan Islam

Diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi utusan yang berasal dari kalangan bangsa Arab, menimbulkan berbagai aksi dan reaksi serta respon dari berbagai kalangan bangsa Arab dan sekitarnya, sehingga Nabi Muhammad SAW banyak sekali menerima rintangan dan halangan dalam menyebarkan ajaran Islam. 

Sejak Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi dan sekaligus memimpin umat Islam, arah dan tujuan hidup manusia menjadi jelas bahwa satu-satunya tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah semata, tidak ada perbedaan kelas sosial masyarakat, mengangkat derajat kaum wanita, adanya persamaan hak antara laki-laki dan wanita karena yang paling mulia dihadapan Allah hanyalah manusia yang bertakwa.

Sepeninggal Nabi Muhammad SAW kepemimpinan umat Islam silih berganti berada ditangan umat Islam, serta terus berupaya memperluas wilayah kekuasaan Islam dalam rangka berdakwah mengajarkan kembali ajaran Islam ke seantero penduduk negeri-negeri yang pernah didatanginya serta terus melindungi Bumi Palestina karena di dalamnya terdapat Baitul Makdis yakni Masjidil Aqsha.

Selama pemerintahan Islam berlangsung beberapa orang khalifah turut serta merenovasi ulang bangunan Masjidil Aqsha, seperti yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab pada masa Khulafaurrasyidin, Abdul Malik bin Marwan pada masa Dinasti Umayyah, serta dinasti-dinasti lainnya turut serta membangun dan menjaga keutuhan komplek Masjidil Aqsha ini.

Namun seiring waktu berlalu, masa-masa kejayaan yang pernah diraih itupun mulai pudar bahkan menghilang bersama runtuhnya kekhalifahan dari berbagai dinasti-dinasti yang pernah berdiri tegak mendulang kejayaan yang mengakibatkan Bumi Palestina di kuasai kembali dan berada di bawah kendali kekuasaan bangsa asing yang ingin menguasainya.

Semenjak jatuhnya pemerintahan kekhalifahan Ustmaniyah di Turki tanggal 3 Maret 1924 Masehi oleh Mustafa Kemal Pasha (Attaturk), mengakibatkan Palestina senantiasa terus bergejolak karena tidak memiliki semacam kedaulatan dalam berbagai struktur pemerintahan karena sudah berada di bawah kungkungan bangsa-bangsa lain.

Akibat dari mundurnya peradaban Islam, mengakibatkan Bumi Palestina menjadi wilayah yang sangat rentan dari berbagai kepentingan baik dari segi politik, ekonomi maupun agama. Sehingga akhirnya lahirlah sebuah perjanjian yang disebut dengan Deklarasi Balfour.

Isi Deklarasi Balfour

Perjanjian Balfour adalah sebuah surat yang ditulis oleh Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, kepada Lord Rothschild pada tanggal 2 November 1917. Isi perjanjian ini menyatakan dukungan Inggris terhadap pendirian rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Dengan demikian, perjanjian ini dianggap sebagai langkah awal menuju pembentukan negara Israel. Ini merupakan salah satu titik awal dalam sejarah lahirnya konflik antara Isr4el dan Palestina. 

Adapun isi surat yang ditulis oleh Arthur Balfour kepada Walter Rothschild yang berisi Deklarasi Balfour tersebut berbunyi:

Deklarasi Balfour :

Pemerintahan Sri Baginda Raja memandang baik pendirian sebuah kediaman nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini, dengan pemahaman yang jelas bahwa tidak ada yang akan dilakukan yang dapat merugikan hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina, atau hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh orang-orang Yahudi di negara lain manapun.

Tujuannya adalah: Menegaskan dukungan pemerintah Inggris bagi pembentukan sebuah kediaman nasional di Palestina bagi bangsa Yahudi, dengan dua syarat.

Dampak Perjanjian Balfour Bagi Palestina

Perjanjian Balfour 1917, yang menyatakan dukungan Inggris terhadap pendirian "rumah nasional bagi bangsa Yahudi" di Palestina, memiliki dampak signifikan terhadap Palestina dan sejarah konflik Israel-Palestina. Dampak tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

1. Hilangnya Tanah Palestina

Dampak utama dari Perjanjian Balfour adalah bahwa Palestina mengalami perubahan demografi dan hilangnya tanah bagi penduduk asli Palestina. Penetapan "rumah nasional bagi bangsa Yahudi" mengakibatkan imigrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina, yang menyebabkan persaingan atas sumber daya dan tanah dengan penduduk Palestina. Konflik atas tanah dan hak kepemilikan tanah menjadi salah satu masalah inti dalam konflik Israel-Palestina.

2. Konflik Israel-Palestina

Perjanjian Balfour 1917 adalah salah satu faktor pemicu konflik berkelanjutan antara Israel dan Palestina. Keputusan Inggris untuk mendukung pendirian negara Yahudi di wilayah Palestina menjadi salah satu akar penyebab konflik dan ketegangan yang berlanjut hingga hari ini. Konflik ini melibatkan perang, pemukiman Israel di wilayah Palestina, sengketa perbatasan, dan hak-hak warga Palestina.

3. Pengungsi Palestina

Imigrasi Yahudi ke Palestina yang didukung oleh Perjanjian Balfour berdampak besar terhadap penduduk asli Palestina. Ribuan warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi selama perang-perang Israel dengan negara-negara Arab sekitarnya. Kondisi pengungsi Palestina menjadi isu yang masih belum terselesaikan dan terus mempengaruhi wilayah tersebut.

4. Perasaan Ketidakpuasan dan Ketidaksetaraan

Perjanjian Balfour dan pembentukan negara Israel mengakibatkan penduduk Palestina merasa bahwa hak dan kepentingan mereka diabaikan. Ini mengakibatkan perasaan ketidakpuasan yang dalam terhadap Israel dan mendorong perjuangan untuk hak-hak Palestina, termasuk hak untuk mendirikan negara mereka sendiri.

Dengan demikian, Perjanjian Balfour memiliki dampak signifikan terhadap sejarah dan situasi saat ini di Palestina, termasuk terkait dengan konflik Israel-Palestina yang berlanjut hingga hari ini. Isu ini tetap menjadi salah satu masalah terpenting dalam politik dan diplomasi internasional. 

Selengkapnya tentang deklarasi Balfour silahkan dibaca.
Bang Mimin
Bang Mimin Content Writer