Kisah Teladan Sahabat Umar Bin Khattab RA

Table of Contents
Sayidina Umar bin Khattab r.a. merupakan sahabat Rasulullah Saw yang tegas dan berani menyuarakan kebenaran dan menolak kebatilan. Karenanya ia dijuluki al-Faruq. Sebelum masuk Islam ia sangat keras menentang Islam. Namun setelah masuk Islam sangat berani dan tegas membela Islam. 


Karena keberaniannya ini, dakwah Rasulullah Saw yang tadinya dilakukan sembunyi-sembunyi kemudian dilakukan secara terang-terangan. Sahabat Umar lisannya penuh dengan kebenaran dan ketegasan. Pemikirannya cerdas dan wawasannya luas. Setelah Rasulullah Saw wafat, Sahabat Umar kemudian diangkat menjadi khalifah kedua setelah khalifah Abu Bakar r.a.

A. Meneladani Sahabat Umar bin Khattab r.a.

Umar bin Khattab adalah putera Nufail al-Quraisyi. Nama lengkap beliau adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Quth bin Razak bin Adi bin Ka’ab bin Luay. Ibunya adalah Hantamah binti Hasyim bin Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Mahzum. Beliau berasal dari suku Adi. Sebelum Islam, suku Adi terkenal sebagai suku yang terhormat, mulia, dan berkedudukan tinggi. Dia dilahirkan 14 tahun sesudah kelahiran Nabi.

Di masa Jahiliyah, Umar bekerja sebagai saudagar. Ia menjadi duta sukunya saat mereka berselisih dengan suku lainnya. Umar dikenal sebagai seorang pemberani yang tidak mengenal takut dan gentar. Ia adalah sosok yang sangat teguh memegang janji, sangat disiplin dan mempunyai kemampuan beladiri yang tinggi. 

Pada masa awal-awal dakwah Islam, Rasulullah pernah berdo’a: Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari dua Umar”. Kedua Umar dimaksud adalah ’Amar Ibnu Hisyam dan Umar bin Khattab. Do'a Rasulullah ini dikabulkan oleh Allah dengan masuknya Umar bin Khttab ke dalam Islam. Umar bin Khattab masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian. Pada saat itu usinya 27 tahun. 

Awalnya Umar bin Khattab sangat memusuhi Islam dan Rasulullah Saw. Ia menganggap dakwah Rsulullah Saw menyebabkan kekisruhan dan masyarakat Makkah terpecah belah. Ia ingin masyarakat Makkah kembali bersatu. Satu-satunya jalan adalah dengan menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Suatu saat, kemarahan Umar bin Khattab memuncak dan hendak membunuh Rasulullah Saw. 

Ia pun bergegas mencari Rasulullah Saw dengan menghunus pedangnya. Di tengah jalan, ia bertemu laki-laki bani Zahrah dan bertanya hendak kemanakah engkau wahai Umar? Umar menjawab: “saya akan membunuh Muhammad”. Lelaki itu pun berkata, bagaimana kamu akan membunuh Muhammad sedangkan adik dan saudara iparmu saja mengikuti ajarannya? 

Mendengar informasi ini Umar bertambah marah dan langsung menuju rumah adiknya. Sesampainya di rumah adiknya, ia mendengar Khabbab bin al-Arat sedang membacakan Al-Qur’an Surat Thaha kepada Fatimah dan Sa’id bin Zaid bin Amr. 

Singkat cerita, Sayyidina Umar luluh hatinya dan terkesima dengan keindahan kata-kata Al-Qur’an yang dibacakan Khabbab. Melihat kedatangan kakaknya, Fatimah binti Khattab ketakutan dan menyembunyikan al-Qur’an yang sedang ia baca. Umar pun ingin tahu apa yang dibaca adiknya. Adiknya melarang dan menyuruh Umar berwudlu dulu. Umar berwudlu dan membaca surat Thoha. Hatinya semakin luluh dan bergetar.

Kemudian Umar meminta diantar menemui Rasulullah Saw. Akhirnya, Umar mengucapkan dua kalimah syahadat di depan Rasulullah Saw disaksikan sahabat Hamzah, Tolhah dan sahabat lainnya. Sahabat Umar masuk Islam pada tahun ke-6 kenabian dan tercatat sebagai orang ke-40 yang masuk Islam. Ia masuk Islam setelah sahabat Hamzah masuk Islam.

Setelah masuk Islam, Umar berani terang-terangan membela Rasulullah Saw. Bahkan tanpa rasa takut, Umar memimpin pawai Umat Islam menuju Ka’bah. Bersama sahabat Hamzah yang juga pendekar tanpa tanding, Umar menunjukkan cinta dan keberaniannya membela Rasulullah Saw. Umar dengan tegas menyampaikan kebenaran Islam dan kesesatan kaum kafir Makkah. Melalui lisannya, kebenaran Islam digaungkan dengan gagah berani, sampai setan pun lari.

Sebelum masuk Islam sahabat Umar bin Khattab teguh memegang janji kepada suku dan keluarganya untuk melawan siapapun yang mengganggu sukunya dengan gagah berani. Saking teguhnya memegang janji setia tersebut sampai mau membunuh Rasulullah Saw. Begitu juga setelah masuk Islam, dengan teguh memegang janjinya akan berjuang bersama Rasulullah Saw tanpa rasa takut. Keteguhan janji setia membela Islam benar-benar dibuktikan sahabat Umar bin Khattab sehingga dakwah pun dilakukan secara terang-terangan.

B. Sahabat Umar bin Khattab r.a. Menjadi Khalifah (13-23H/ 634-644 M)

Setelah wafatnya khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dibaiat menjadi khalifah kedua. Baiat ini didasarkan atas wasiat yang ditulis khalifah Abu Bakar bahwa Umar bin Khattab merupakan calon penggantinya. Keputusan itu dikeluarkan setelah Sayyidina Abu Bakar berdiskusi dengan beberapa sahabat senior seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lainnya. Sahabat Umar diangkat menjadi khalifah saat berusia 53 tahun.

Khalifah Umar bin Khattab r.a. merupakan khalifah yang terkenal sangat tegas memegang janji, disiplin, sangat sederhana, dan mempunyai keberanian yang luar biasa dalam membela kebenaran dan menumpas kebatilan. Karena itu, beliau dijuluki al-Faruq, artinya orang yang secara tegas membedakan mana yang baik dan benar dengan mana yang batil dan salah. 

Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah selama 10 tahun. Dalam rentang waktu sepuluh tahun ini sahabat Umar banyak mempunyai jasa dalam menyebarkan Islam ke luar jazirah Arab. Menjelang wafatnya, khalifah Abu Bakar mengirim pasukan ke Syam, Mesir dan Persia. Belum sampai misi ini berhasil, khalifah Abu Bakar wafat. 

Usaha ini kemudian dilanjutkan khlaifah Umar. Setelah wilayah Islam sangat luas, timbul berbagai kesulitan dalam mengatur dan mengendalikannya. Karena itu dengan taufik dan hidayah Allah SWT, khalifah Umar bin Khattab berusaha dengan keras mengatur dan menertibkan pemerintahan Islam. Langkah yang beliau tempuh adalah:

1. Mengatur wilayah

a. Untuk mengatur wilayah Islam yang luas khalifah Umar bin Khattab r.a. membagi daerah itu menjadi delapan propinsi, yaitu Makkah, Syam, Jazirah Basrah, Kufah, Mesir dan Palestina. Setiap propinsi diperintah oleh seorang Gubernur atau wali. Pemerintahan pada setiap propinsi itu diberi hak otonomi untuk mengurus daerahnya masing-masing.

b. Membentuk berbagai jawatan pemerintahan (dewan-dewan) dengan prinsip musyawarah. Dibentuk pula lembaga pengadilan dengan hakim-hakim terbaik. Salah satu hakimnya adalah sahabat Ali bin Abi Thalib.

2. Mengatur keamanan negara

Untuk kepentingan keamanan dan pertahanan khalifah Umar bin Khttab melakukan:

a. Mendirikan pusat kemiliteran di Madinah, Kufah, Basrah, Mesir, Damaskus, Hems, dan Palestina. Ia memberikan perhatian sampai kepada hal-hal yang sangat kecil yang dibutuhkan bagi tentara yang sangat efisien. Khalifah Umar membagi tentara menjadi tentara regular dan sukarelawan atau cadangan. Dan ia juga membangun tangsi-tangsi militer yang besar di Armenia dan Azerbayzen.

b. Membentuk diwan al-jund (jawatan militer) berkewajiban menginvetarisir dan mengelolah administrasi ketentaraan. Dan untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat yang diperintahnya dibentuk juga jawatan kepolisian.

3. Mengatur keuangan negara
  • Mengelola Baitulmal. Pendistribusian harta disesuaikan dengan pos-pos yang telah ditentukan dan atas dasar prestasi. Pengelolaan Baitulmal dipercayakan kepada Abdullah bin Arqam yang dibantu oleh Abdurrahman bin Ubay dan Mu’aqib.
  • Mengawasi dan menekankan pejabat untuk tidak korupsi, bertindak jujur dan menggunakan keuangan untuk kepentingan masyarakat.
  • Mencetak mata uang dan mengatur gaji tentara secara profesional dan sesuai tugasnya. 
Di samping itu memberikan tunjangan kepada rakyat, pejabat, dan para tokoh pejuang. Meski demikian, untuk dirinya sendiri, Khalifah Umar hidup dengan sangat sederhana. Ia hanya memiliki sehelai kemeja dan mantel serta tidur di atas dedaunan kurma.

4. Mengatur sosial kemasyarakatan
  • Melindungi nonmuslim dan menghormati hak-hak beragama mereka. Mereka diwajibkan membayar jizyah yaitu pajak. Muslim dan nonmulim hidup berdampingan secara rukun.
  • Membentuk jawatan pos, menciptakan tahun hijrah, menciptakan hisbah (pengawasan terhadap pasar dan mengontrol timbangan), dan mengatur kebersihan jalan dan lingkungan.
5. Mengembangkan ilmu dan kebudayaan

a. Mengembangkan pusat-pusat keilmuan. Para ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu di antaranya adalah Basrah, Hijaz, Syam, dan Kuffah seakan menjadi idola ulama dalam menggali keberagaman dan kedalamannilmu pengetahuan.

b. Mengembangkan seni bangunan, baik itu bangunan sipil (imarah madaniyah), bangunan agama (imarah diniyah), ataupun bangunan militer (imarah harbiyah), mengalami kemajuan yang cukup pesat pula.

Khalifah Umar bin Khattab r.a. memegang janjinya dengan teguh selaku pemimpin. Karenanya, khalifah memerintah dengan tegas, adil, jujur, disiplin, dan penuh cinta kasih. Karenanya, masyarakat Islam banyak memperoleh kemajuan di berbagai bidang. Hal ini menyebabkan musuh-msuh Islam sangat membenci khalifah, khususnya orang Persia dan Yahudi. 

Mereka mengatur rencana jahat terhadap khalifah Umar dengan memerintahkan Abu Lu’luah. Abu Lu’luah berhasil menyusup masuk ke masjid dan mendekati khalifah Umar yang akan melaksanakan salat Subuh. Beliau kemudian melukai khalifah Umar. Beberapa hari kemudian, beliau meninggal dunia dalam usia 63 tahun. Khalifah berikutnya yang menggantikan beliau adalah sahabat Usman bin Affan.
Bang Mimin
Bang Mimin Content Writer