Sistem Kurikulum Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Kekhalifahan dinasti Abbasiyah merupakan salah satu kekhalifahan Islam yang pernah memiliki sistem kurikulum pendidikan yang sangat baik yang pernah di terapkan pada kurikulum pengajaran di negaranya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pelajar pencari ilmu pengetahuan dari luar untuk belajar di Baghdad yang pada waktu itu menjadi kota pusat kekuasaan sekaligus pusat kebudayaan dan peradaban Islam.
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu kekhalifahan Islam yang sangat memperhatikan dan mengedepankan pada pentingnya perkembangan ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama maupun pengetahuan umum. Dari jumlah 37 khalifah yang ada, ada tiga khalifah yang terkenal karena sangat memperhatikan pentingnya dunia pendidikan di negaranya, yaitu : Harun Ar-Rasyid, Al-Makmun dan Al-Amin.
Tiga khalifah inilah yang pernah membuktikan pada dunia bahwa umat Islam pernah berada pada puncak tertinggi peradaban dunia sehingga masa itu di sebut dengan masa golden age atau masa keemasan. Masa keemasan ini berlangsung pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-13 Masehi. Kita akan jelaskan alur pembahasan tentang sistem kurikulum pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah ini secara bertahap.
Awal Mula Dinasti Abbasiyah Membangun Sistem Pendidikannya
Sebagaimana lazimnya, bahwa manusia merupakan makhluk pembelajar yang selalu belajar dari orang lain juga. Tidak ada suatu ilmu yang langsung dapat dipahami dan dikuasai oleh diri seseorang, melainkan ilmu-ilmu dasarnya pernah di ajarkan oleh orang lain kepadanya sebutlah oleh guru misalnya. Begitupula yang dijalankan oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah salah satu caranya adalah dengan cara mendatangkan ahli-ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu.
Kekhalifahan dinasti Abbasiyah mengumpulkan para Ilmuwan dan ulama yang ada, kemudian mereka diberikan berbagai fasilitas untuk menunjang berbagai macam kebutuhan mereka yang tidak hanya diberikan untuk mereka melainkan untuk seluruh tanggungan keluarganya, sehingga para ilmuwan dan ulama tersebut sudah tidak lagi memikirkan bagaimana cara mencari nafkah untuk kehidupan dirinya dan keluarganya.
Para ilmuwan dan ulama dari berbagai latar belakang di kumpulkan dalam satu lembaga yang bernama Bayt Al-Hikmah, yaitu salah satu lembaga pusat penerjemahan dan pengembangan ilmu pengetahuan dinasti Abbasiyah. Para Ilmuwan sibuk menterjemahkan buku-buku karya Yunani, Persia dan India untuk di terjemahkan kedalam bahasa Arab, seperti : Ilmu filsafat (plato, aristoteles), matematika (al-khawarizmi pencetus aljabar), astronomi, kedokteran (ibnu sina dan al razi), fisika, kimia, logika (mantiq), geografi dan sejarah.
Adapun para ulama dinasti Abbasiyah fokus pada mengembangkan ilmu-ilmu keagamaan, seperti : Ilmu al-Quran (hafalan dan tafsir), hadits (pengumpulan kritik sanad dan pemahaman), fiqih (hukum islam), tauhid/ teologi, bahasa arab (nahwu, sharaf dan balaghah).
Metode Pengajaran pada Masa Dinasti Abbasiyah
Metode merupakan salah satu cara penting yang harus digunakan dan dikuasi oleh seorang guru pengajar dalam rangka menyampaikan materi pelajaran di dalam ruang majlis ilmunya atau kelasnya. Sebab dengan motode pengajaran yang baik dan benar akan memudahkan para peserta didik dalam memahami suatu ilmu materi pelajaran.
Adapun metode pengajaran yang pernah digunakan pada sistem kurikulum pendidikan pada masa kekhalifahan dinasti Abbsiyah, yaitu :
- Halaqah (lingkaran belajar) kegiatan interaktif posisi guru berada di tengah murid-murid.
- Izajah (sertifikat) diberikan kepada murid jika sudah menguasai salah satu kitab atau ilmu tertentu.
- Diskusi dan debat ilmiah (dalam rangka mempertajam logika dan pemahaman para murid.
Adapun tujuan utama dari pelaksanaan sistem kurikulum pendidikan yang dilaksanakan pada masa dinasti Abbasiyah agar generasi masa depan bangsanya memiliki nilai-nilai pendidikan, yaitu :
- Adab etika dan akhlak : Menjadi landasan utama pendidikan, diharapkan peserta didik nantinya memiliki adab etika dan akhlakul karimah.
- Kebebasan berpikir ilmiah : Peserta didik diberi ruang kebebasan berpikir selama tidak keluar atau menentang prisnsip-prinsip dasar Islam.
- Inklusivitas : Ilmuwan yang berasal dari latar agama yang berbeda dilibatkan dalam kursus ilmiah selama memiliki daya kompetensi.
Lembaga Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dalam membangun sumber daya manusia melalui sistem pendidikannya, kekhalifahan Abbasiyah juga membangun sarana dan prasarana pendukung guna menunjang pelaksanaan kegiatan pengajaran agar berjalan dengan baik dan normal tanpa banyak kendala yang akan dihadapi, salah satunya adalah menyediakan tempat-tempat pengajaran sesuai tingkat usia murid.
Adapun sarana pendidikan yang pernah dibangun dan dijadikan sebagai lembaga pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah, sebagai berikut :
- Masjid : Masjid selain sebagai tempat utama untuk melaksanakan ibadah shalat, juga dipakai sebagai tempat utama pembelajaran ilmu agama dan umum. Para ulama mengajar di serambi masjid dan para murid duduk berkelompok di sekelilingnya.
- Kuttab/Maktab : Lembaga kuttab ini setara dengan sekolah dasar (SD), di lembaga ini guru fokus mengajarkan belajar cara membaca, menulis dan menghafalkan kitab Al-Quran.
- Madrasah : Lembaga pendidikan madrasah adalah lembaga untuk digunakan pendidikan kelas menengah dan tinggi. Selain dibangun oleh pemerintah, madrasah ini juga banyak didirikan oleh tokoh masyarakat yang memiliki kecukupan harta dan ia mewakafkannya untuk di jadikan bangunan madrasah. Nama madrasah yang terkenal, yaitu Madrasah Nizahmiyah yang ada di Baghdad.
- Bayt Al-Hikmah : Dibangun sebagai pusat penerjemahan dan pengembangan ilmu pengetahuan ilmu agama dan umum, dan sebagai tempat berkumpulnya ulama dan ilmuwan dari seluruh pelosok negeri yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Peninggalan dan Warisan Kurikulum Dinasti Abbasiyah
Kekhalifahan dinasti Abbasiyah berlangsung selama lima abad, yaitu mulai dari tahun 750 M-1258 M atau 132 H-656 H dengan pusat kekuasaannya di Baghdad, telah menorehkan beragam prestasi yang begitu besar untuk seluruh umat manusia di dunia khususnya dunia Islam. Adapun peninggalan sebagai warisan dari dinasti Abbasiyah pada sistem kurikulum pendidikan, adalah :
- Sistem kurikulum pendidikan dinasti Abbasiyah menjadi dasar pendidikan Islam di dunia selama berabad-abad.
- Sebagian besar Universitas di dunia Islam mengadopsi format pendidikan Islam yang pernah dipakai pada masa Dinasti Abbasiyah
- Pusat-pusat ilmu pengetahuan di negara-negara Eropa juga terinspirasi dan masih menganut sistem pendidikan ilmiah yang pernah dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah.
Apakah Kurikulum Pendidikan masa Dinasti Abbasiyah masih dapat Dipakai pada Masa Sekarang?
Semua pemerhati sejarah tentunya mempunyai pertanyaan dan pandangan yang berbeda tentang hal yang ada kaitannya dengan sistem kurikulum yang pernah digunakan pada masa dinasti Abbasiyah, apakah masih bisa digunakan pada saat ini atau tidak? Jawabannya tentu akan beragam. Namun penulis merekomendasikan jika ternyata kurikulum pendidikan yang pernah dipakai tersebut ternyata berhasil dalam mencetak generasi unggul, kenapa tidak mencobanya sekarang dan di terapkan pada sistem kurikulum pendididkan yang dipakai sekarang ini.
Negara Eropa yang pernah menguasai dunia, sebutlah Inggris atau yang di sebut sebagai negara Britania Raya (Britanica) dari segi politik saja hingga saat ini masih menganut sistem monarki (kerajaan). Padahal Inggris adalah salah satu negara modern dan maju di eropa yang membuat berdirinya negara Amerika dengan sistem yang di buatnya yaitu Demokrasi.
Negara yang masih menganut sistem kerajaan kadang masih di sebut sebagai negara yang masih terbelakang karena sistem yang dijalankan masih berbau otoriter, Pertanyaannya, kenapa Inggris masih tetap menerapkan sistem monarki (kerajaan) dalam sistem pemerintahannya jika memang hal itu di sebut sebagai sistem yang sudah usang dan terbelakang.
Ini menggambarkan, bahwa sesuatu yang sudah dianggap usang, kolot dan terbelakang namun sudah teruji lama dan berhasil, ternyata dapat dipakai kembali bahkan di jalankan pada berbagai sektor bidang sistem di negara manapun di dunia. Karena pada dasarnya sifat dan karakter manusia itu akan tetap sama namun masanya saja yang berbeda.
Kesimpulan Akhir
Sitem pendidikan yang pernah dijalankan dinasti Abbasiyah bersifat komprehensif atau menyeluruh dan integratif atau menyatu menjadi kesatuan yang utuh. Yaitu memadukan antara ilmu agama dan ilmu-ilmu rasional (umum). Pemerintah terjun langsung dalam mendukung upaya-upaya peningkatan sumber daya manusia di negaranya. Para Ilmuwan dan ulama memiliki kedudukan penting dalam memajukan peradaban bangsa dan negara di dunia.
Lagi-lagi, bahwa pemilik ilmu pengetahuan seperti guru dan ulama harus terlebih dahulu dikedepankan dan di perhatikan keberadaannya bukan malah di lecehkan atau malah di jadikan guyonan di mimbar-mimbar pengumuman oleh para oknum pemangku kebijakan yang belum bisa menghargai kedudukan seorang ulama dan guru. Bagaimanapun guru dan ulama adalah cetakan pertama dalam upayanya membentuk generasi yang akan menghiasai nasib bangsa dan negaranya ke depan.
