Biografi Sunan Kalijaga
Table of Contents
Kemudian hasil rampokannya ia berikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Apa yang dilakukan Raden Sahid diketahui ayahnya dan diusir agar hengkang dari rumah dan tinggal di hutan Jati Sari. Orang-orang di sekitarnya mengenalnya dengan julukan lokajaya.
Perubahan drastis dalam pribadinya terjadi ketika ia merampas tongkat Sunan Bonang yang berdaun emas. Sunan Bonang menyayangkan sikap baiknya yang memberi rakyat jelata dari hasil rampokan. Kemudian Sunan Bonang menasehatinya “bagai berwudhu dengan air kencing” tindakannya yang berniat baik tetapi dilakukan dengan perbuatan kotor.
Sunan Bonang pun menunjukkan kemampuannya mengubah buah aren menjadi emas. Peristiwa ini membuat Raden Sahid menyesali perbuatannya, belajar dan berusaha keras menjadi manusia yang agung sampai diangkat menjadi salah satu anggota Wali Songo. Nama Kalijaga dikaitkan dengan cerita perjalanannya bersama Syaikh Siti Jenar ke beberapa tempat di Jawa untuk membersihkan tempat-tempat angker yang menjadi tempat pemujaan Dewa.
Ia mengawali dakwahnya di wilayah Cirebon, di desa Kalijaga untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Setelah cukup lama berdakwah Sunan Kalijaga melakukan uzlah atau mengasingkan diri untuk beribadah selama tiga bulan di pulau Upih, Melaka, Malaysia. Kemudian melanjutkan kembali dakwahnya selama beberapa menyiarkan Islam di Cirebon.
Mula-mula ia menyamar sebagai marbot masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid inilah ia bertemu Sunan Gunung Jati. Kemudian menikahkannya dengan Siti Zainab adik dari Sunan Gunung Jati. Pernikahannya dengan Siti Zaenab, putri syaikh Datuk Abdul Jalil atau Syaikh Siti Jenar, memiliki putra bernama Watiswara yang dikenal dengan Sunan Panggung, dan Sunan Panggunglah yang melanjutkan dakwahnya kelak.
Dakwah Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam banyak melalui pertunjukan wayang. Ia tampil sebagai dalang yang sangat populer dengan julukan Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok dan Ki Dalang Unehan. ia berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain mulai dari daerah kekuasaan Pajajaran hingga Majapahit.
Sebagai imbalan dari warga yang ingin nanggap wayang cukup dengan membaca dua kalimat syahadat, dan tidak dipungut biaya sama sekali. Selain sebagai dalang, Sunan Kalijaga juga merancang pakaian, dan merancang alat-alat pertanian. Makam Sunan kalijaga terletak di desa Kadilangu, berjarak 3 km dari Masjid Agung Demak.
Sunan Kalijaga wafat pada tahun 1045 H. Diceritakan dia merupakan tokoh yang berusia lanjut, mengalami tiga zaman sekaligus, Majapahit, Demak, Pajang hingga Mataram. Sunan Kalijaga dianggap sebagai pelindung kerajaan Mataram dan menjadi penasehat dalam kebijakan para sultan.
A. Peran Sunan Kalijaga dalam Mengembangkan Islam di Indonesia
Kita sudah mengetahui biorafi singkat dari Sunan Kalijaga. Lalu bagaimana peran Sunan Kalijaga Dalam mengembangkan Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, Sunan Kalijaga memainkan peran penting yang menjadikan pemeluk Islam semakin meluas, yaitu:
1. Menanamkan nilai-nilai Islam melalui Seni Wayang
Di Masa Majapahit, pertunjukan wayang berkaitan dengan kegiatan keagamaan Hindu-Budha, dan menjadi sarana komunikasi yang efektif dengan masyarakat. karena itu, Sunan Kalijaga berdakwah melalui pendekatan seni dan kearifan lokal. Dalam perkembangannya, Sunan Kalijaga dan anggota Wali Songo lainnya mereformasi seni pertunjukan wayang berdasarkan aturan yang disepakati bersama, diantaranya:
- Seni Wayang perlu diteruskan dengan perubahan-perubahan sesuai zaman
- Bentuk wayang berupa arca-arca harus dirubah
- Merubah cerita dewa menjadi cerita yang mengandung jiwa Islam
- Cerita wayang berisi keimanan, ibadah, akhlak, dan sopan santun
- Pegelaran wayang diselenggarakan dengan tata cara sopan santun jauh dari maksiat
Salah satu contoh perubahan cerita yang diterapkan Wali Songo misalnya, cerita dewa-dewa yang menjadi tokoh sesembahan diubah menjadi susunan silsilah keturunan Nabi Adam dari jalur Nabi Syits, begitu juga, tokoh-tokoh yang di idolakan dalam ajaran kapitayan, seperti Semar, Petruk, Nala Gareng, dan Bagong dimunculkan sebagai punakawan yang mampu mengalahkan dewa-dewa Hindu.
Sunan Kalijaga tampil dengan kepiawaiannya sebagai dalang, berkeliling ke berbagai daerah menjadikan Islam berkembang dan meluas di Nusantara.
2. Merubah Tradisi, Budaya dan Kearifan Lokal
Melalui pendekatan kebudayaan dalam wayang, tembang-tembang dan akulturasi arsitektur Masjid, Sunan Kali Jaga mampu mendapatkan simpati dan tempat terbaik di hati para pengikutnya. Hal ini membuktikan bahwa proses Islam di Nusantara yang menggabungkan kebudayaan lokal dan Islam sudah berlangsung lama.
Tembang atau puisi tradisional Jawa, telah dijadikan media dakwah oleh Sunan Kalijaga. Beberapa tembang cukup dikenal masyarakat Jawa seperti Rumeksa Ing Wengi, tembang Ilir-ilir memuat ajaran spritual. Dalam Pembangunan Masjid Agung Demak seiring berdirinya Kerajaan Demak tahun 1479 M melibatkan para Wali Songo.
Sunan Kalijaga, adalah tokoh yang ikut terlibat langsung dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Selain sebagai tempat ibadah arsitektur Masjid Demak berupa atap tumpang berbentuk limas, dan bersusun tiga, merupakan akulturasi arsitektur Islam dan Hindu-Budha sebagai kearifan lokal dalam mempertahankan kebudayaan Nusantara.
B. Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Kalijaga
Dalam usaha menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, Sunan Kalijaga patut menjadi teladan dalam sikap positif yang ditunjukkan, antara lain:
1. Tekun, istiqamah, dan toleran
Usia yang panjang bagi Sunan Kalijaga, memberikan waktu luang baginya mengabdikan diri menyebarkan Islam. Penyebaran Islam yang cukup meluas di tangan Sunan Kalijaga dan Wali Songo lainnya, dikarenakan ketekunannya berkeliling dakwah dari satu daerah ke daerah lain dengan pendekatan seni budaya dan kebijaksaannya menyampaikan ajaran Islam dengan cara santun, toleran tanpa paksaan. Kedatangannya menjadi dalang di sejumlah daerah tanpa mengharap upah. baginya, ucapan dua kalimah syahadat dari penanggap wayang merupakan upah yang tak ternilai harganya.
2. Seniman yang kreatif punya banyak ide dan gagasan
Berbagai peninggalan bersejarah seperti gubahan tembang, karya suluk, rancangan dan lakon wayang kulit, permainan tradisonal formasi alat-alat gamelan, rancangan alat-alat pertanian dan sumbangsih terhadap ketaatan kenegaraan yang baik, merupakan sikap hidup bernilai positip untuk diteladani. Sosoknya yang menjadi kreator atas perubahan wayang, menuangkan ide-ide guna pengembangan Islam patut menjadi contoh bagi muslim Indonesia untuk terus berinovasi demi kemajuan umat manusia.